-->
“Pembagian kamar... Novi Alin dengan Denise Weldy di kamar nomor 301, ini kuncinya,” seru kak Mila, “selanjutnya Ratu Aulia dengan Shivia Insyiroh dikamar nomor 410,”
aku dan Shivia, berjalan menuju kak Mila untuk mengambil kunci kamar kami.
Benar-benar tidak dapat dipercaya, kini aku dapat berada di Jakarta, tepatnya di wisma PKK DKI Jaya, Jalan Kebagusan Raya, Jakarta Selatan. Berkumpul dengan teman-teman dari berbagai daerah diseluruh Indonesia, untuk mengikuti acara Konferensi Anak 2008 yang diadakan oleh majalah bobo.
“adik-adik semua, silahkan istirahat sejenak dikamar masing-masing, jam 19.00 WIB kita kumpul di ruang serba guna ya!” ucap kak Boogie, kakak pembimbing lainnya.
“iya kak...” seru kami serempak.
Sekarang jam menunjukkan pukul 17.30 WIB, sudah 30 menit berlalu sejak kami semua—para delegasi konferensi anak—meninggalkan ruang serbaguna. Aku terduduk di ujung tempat tidur, ini adalah pertama kalinya aku mengikuti acara konferensi, sedikit perbincangan terjadi antara aku dan teman sekamar ku, Shivia.
“kamu dari mana?” tanya Shivia terdengar ragu,
“Banten,” jawabku, “kalo kamu?”
“Majalengka,” jawabnya dengan senyum yang ramah, “habis ini acara kita apa sih?”
“kata kak Ninie nanti kita presentasi tentang dampak global warming,”
“oh... iya, iya,” jawab Shivia sambil mengangguk-anggukan kepalanya, “eh, ini udah jam 18.00 WIB, kita harus siap-siap,”
butuh sekitar 20 menit sampai kami berdua siap. Saat keluar kamar, kami bertemu dengan delegasi lainnya. Berkenalan singkat, kemudian kami berjalan beriringan menuju ruang serbaguna.
Diruang serbaguna, kegiatan kami bukan hanya presentasi tentang dampak global warming, tapi juga diskusi bersama tentang cara mengurangi global warming, juga mengadakan permainan yang membuat kami menjadi akrab satu sama lain. Benar-benar menyenangkan.
***
Hari kedua konferensi anak, kegiatan baru untuk mempelajari lebih dalam tentang global warming.
Hari ini aku dan teman-teman konferensi anak akan diskusi dengan Bapak Sonny Keraf tentang Global Warming, beliau adalah mantan Menteri Lingkungan Hidup. Wah, apakah ini mimpi? Betapa beruntungnya kami bisa berdiskusi dengan orang hebat seperti pak sonny keraf.
Sekarang jam menunjukkan pukul 13.00 WIB, masih ada 2 jam lagi sampai pak sonny keraf datang ke wisma. Menunggu untuk itu aku dan teman-teman konferensi saling berbincang dan bertukar cerita, suasana saat itu sangat hangat dan ceria.
“aku benar-benar tidak percaya kalau cerpenku ini bisa terpilih,” ungkapku pada semuanya,
“iya, padahal tadinya pesimis nggak akan kepilih,” sahut Daniel,
“tapikan akhirnya kepilih juga, jadi kita nggak boleh sia-siakan kesempatan berharga ini, ayo kita tunjukkan kalau kita generasi muda akan menyelamatkan bumi!” seru Eden dengan semangat,
“Let’s Be The Greeners!!!!” teriak kami semua serempak.
Akhirnya Bapak Sonny Keraf datang, dan acara pun dimulai. Diawali dengan presentasi pak sonny keraf tentang penyebab global warming, bahayanya, sampai cara menguranginya. Semuanya termasuk aku mendengarkan dengan cermat.
Setelah presentasi selesai, pak Sonny Keraf mempersilahkan kami untuk menanggapi tentang global warming. Banyak pendapat juga pertanyaan terlontar, dan semuanya ditanggapi olehnya. Pelajaran baru tentang global warming pun kami dapat setelah acara diskusi ini.
Karena hari semakin larut, aku dan teman-teman konferensi kembali ke kamar masing-masing untuk beristirahat, karena hari esok kami semua mempunyai kegiatan baru yang menguras banyak tenaga.
***
“Shivia, ayo cepat,” ucapku setelah memasukkan semua barang yang diperlukan untuk kegiatan hari ini kedalam tas ranselku.
“sebentar,sebentar!” jawab Shivia, “topimu udah belum Ratu?”
“udah kok, tenang aja,”
“Ratu..... Shivia.... kebawahnya bareng ya,” seru Muti’ah dari depan kamarnya,
“oke,” sahutku,
Setelah semuanya siap—baik aku,Shivia,Muti’ah,dan Humaira—kami berempat berjalan bersama menuju lantai dasar, dimana bis dan teman konferensi lainnya menunggu. Hari ini tujuan kami adalah Kali Pesanggrahan, disana kami akan menanam pohon, juga menebar bibit ikan.
Sekitar 30 menit waktu yang dibutuhkan untuk menuju ke kali pesanggrahan. Baru datang saja kami sudah di sambut dengan perahu karet, kami akan menyusuri kali pesanggrahan untuk menebar bibit ikan. Perahu karet pertama diisi oleh ku,Johanna,Puspita,Dian, dan dua kakak pembimbing dari grup Sangga Buana. Ini menakjubkan! Tak pernah sebelumnya terpikir olehku menyusuri kali menggunakan perahu karet seperti ini, walaupun bisa ditebak kondisi kali di Jakarta.
Setelah menyusuri kali, kegiatan kami dilanjutkan dengan menanam pohon di bantaran kali. Banyak sekali pohon siap tanam yang tersedia, diantarnya banyak pilihan pohon siap tanam itu aku memilih pohon mangga dengan jenis mangga arum manis.
Kini tiba saatnya makan siang, Mang Idin mengajak ku dan teman-teman konferensi untuk makan siang bersama, dengan menu yang sederhana kami menyantapnya dibawah pohon besar yang sangat rindang. Sembari menyantap makan siang, Mang Idin menceritakan kisah hidupnya untuk merawat hutan di Jakarta, dan juga memberi masukan pada kami semua.
***
Kini tibalah hari Puncak, dimana kami harus menyampaikan semua kegiatan, pelajaran, juga pendapat kami setelah berbagai kegiatan yang kami alami.
Deklarasi pun dibuat untuk diserahkan kepada Menteri Lingkungan Hidup saat ini, Bapak Rachmat Witoelar.
Tepat pada pukul 10.00 WIB, deklarasi konferensi anak 2008 diserahkan kepada Menteri Lingkungan Hidup, Bapak Rachmat Witoelar.
Sambil mendengarkan pembacaan deklarasi yang diwakilkan oleh Daniel,Tiara, Dian dan Puspita, aku duduk termenung. Terbayang sudah perpisahan yang akan aku jumpai setelah selesai acara ini.
“Ratu, ayo, jangan duduk aja,” seru Alin menarik pelan lenganku,
“oh, iya..iya,”
Setelah memberi penghormatan kepada Menteri Lingkungan Hidup, aku dan teman-teman lainnya kembali ke kota masing-masing.
Aku duduk dibangku taman di halaman rumah, menatap pohon salam yang semakin hari semaikn tumbuh dengan suburnya. Tanpa terasa 3 tahun telah berlalu, namun kenangan itu tidak pernah terlupakan oleh ku, terutama saat aku melihat pohon salam ini. Hadiah dari majalah bobo untuk ditanam dirumah. Hubungan ku dan teman-teman konferensi yang lainnya juga tidak terputus walau sudah 3 tahun kami tidak bertemu, hampir setiap minggu kami berkomunikasi satu sama lain, baik melalui grup di jejaring sosial facebook, twitter, atau melalui via sms dan telepon.
Aku harap, ini bukan terakhir kalinya aku dapat berpartisipasi dalam acara seperti itu, semoga saja aku dapat berpartisipasi diacara lainnya yang akan datang.
0 komentar:
Posting Komentar